literaryspring.com – Dampak penghentian sementara kegiatan pemerintahan atau “government shutdown” di Amerika Serikat (AS) terhadap ekspor Indonesia masih terbilang terbatas. Hal tersebut diungkapkan oleh Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Haryo Limanseto, dalam keterangannya pada Minggu (12/10).
Menurut Haryo, meskipun terjadi shutdown, dampaknya lebih bersifat administratif dan tidak signifikan bagi aktiviti bisnis serta perdagangan internasional. “Dampak shutdown terhadap ekspor Indonesia masih terbatas,” jelas Haryo. Ia juga menekankan perlunya kewaspadaan mengingat AS merupakan mitra dagang utama Indonesia, dengan pangsa pasar ekspor mencapai 11,22% dan menjadi negara asal penanaman modal asing sebesar USD 3,7 miliar tahun lalu.
Dampak yang lebih nyata kemungkinan akan dirasakan pada akhir negosiasi perdagangan antara Indonesia dan AS. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan aktivitas pemerintah AS, yang dapat menghambat kelancaran proses tersebut. Indonesia dan AS sebelumnya telah mencapai kesepakatan untuk menurunkan tarif impor terhadap produk Indonesia menjadi 19%, dan kini kesepakatan itu tengah dalam tahap penyusunan dokumen hukum sebelum implementasi resmi.
“Haryo menambahkan bahwa pemerintah Indonesia terus mengambil langkah antisipatif. Ini melibatkan penguatan koordinasi lintas sektor dengan pelaku usaha dan eksportir untuk memitigasi potensi dampak lebih lanjut,” katanya. Ia juga menekankan pentingnya memantau perkembangan ekonomi global dan mendorong diversifikasi pasar ekspor agar ketergantungan terhadap satu mitra dagang dapat dikurangi. Harapannya, kondisi ini segera teratasi agar tidak mengganggu kelancaran kegiatan bisnis dan proses negosiasi.